1 Des 2011

Leysa punya sebuah jurnal. Warnanya kecoklatan. Leysa menyukainya karena warnanya yang sewarna matanya.

Leysa suka sekali menulis di jurnal itu. Leysa menulis apa saja di jurnal itu. Leysa menulis hal-hal yang dia sukai. Leysa menulis hal-hal yang membuat ia sakit hati. Leysa menulis hal-hal yang dia benci.


Tentang air mata. Tentang anak-anak kecil yang terpaksa tinggal di jalan. Tentang supir taksi yang seenaknya mencipratkan genangan air pada pemuda-pemuda yang berjalan menuju masjid. Tentang wanita-wanita berperut rata yang keluar-masuk butik ternama. Tentang buku-buku bagus yang sayangnya menguras air mata.

Atau tentang Mama yang meninggal suatu hari di Bandung. Leysa menambahkan beberapa tetes air mata ketika menulis tentang Mama.

Atau tentang hujan. Leysa suka sekali hujan. Sampai Leysa ingin meminum hujan, membiarkannya mengalir di kerongkongannya, merasakan kelegaan yang luar biasa.

Tapi Leysa benci orang-orang yang menatapnya dengan aneh. Leysa benci dikucilkan. Leysa benci sendirian. Leysa benci kegelapan. Leysa benci sahabat-sahabat Leysa karena Leysa sering merasa sendirian ketika Leysa bersama mereka. Leysa benci kesesakan dalam dadanya ketika melihat sahabat-sahabatnya tertawa tanpa mengajaknya tertawa. Leysa benci ketika pesan singkatnya tak dibalas oleh orang yang benar-benar ia sayang. Leysa benci ketika tahu orang yang benar-benar ia sayang, menyayangi orang lain. Leysa benci ketika tahu orang yang ia sayangi tidak menyayanginya lagi. Leysa benci mereka yang membuatnya merasa sendiri.

Leysa sendiri berarti Leysa menangis. Leysa menangis berarti Leysa sedih. Leysa sedih berarti Leysa marah!

Leysa benci mereka sampai-sampai Leysa ingin membunuh mereka.

Karena Leysa benci ditinggalkan.

Kenapa sampai sekarang tidak ada yang mengerti akan hal itu?

The Antique Tales . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates