15 Jan 2012

Hari kelima proyek #15HariNgeblogFF


Kak, boleh jujur nggak?

Kalimat itu terngiang-ngiang di kepalaku sejak tadi sore. Sejak pertemuan rutinku dengannya, dengan adik kelasku yang sudah setahun ini dekat denganku. Maksudku dekat seperti kakak adik, bukan... bukan seperti orang pacaran, bukan.

Dan tadi sore, ia mengatakan padaku. Tentang rencananya menyatakan perasaan pada seorang gadis. Teman sekelasnya. Anak yang cantik, katanya. Yang, kalau mendengar ceritanya, tak mungkin aku kalahkan. Yang mana berarti aku sudah kalah sebelum berperang.

Kupandangi jam dinding berbentuk bulanku, hadiah dari mantan pacarku yang masih kusimpan sampai sekarang (bukan apa-apa, hanya saja aku memang tidak punya jam dinding sebelumnya, dan jam dinding itu masih bagus, jadi untuk apa membuangnya?) menunjukkan pukul enam lewat empat puluh menit. Adik kelasku bilang mau mengajak gadis itu ke sebuah cafe jam tujuh malam ini, dan menembaknya tepat pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Tipe orang yang perfeksionis, dia itu. Dia bahkan menyesuaikan tanggal lahir gadis itu dengan jam penembakan.

Pukul tujuh lewat tiga puluh menit, aku mondar-mandir di bawah jam dinding, di depan televisi di kamarku. Gelisah.

Salah sendiri, gumamku menuduh diriku sendiri, salah sendiri tidak bertindak duluan.

Aku menghela napas, panjang-panjang. Iya. Salahku tidak menyadari perasaanku sejak setahun yang lalu. Bukankah aku gembira sekali mendapati dia masuk ke klub film, kemudian satu kelompok denganku, untuk membuat proyek film tahunan sekolah? Bukankah aku gembira sekali ketika dia mengirimiku SMS, menanyakan kamera? Bukankah aku gembira sekali ketika ia mengantarku pulang larut malam dari sekolah, sehabis mengerjakan seharian penuh naskah film? Bukankah aku gembira sekali ketika ia mengajakku makan bersama, dengan alasan ia sedang ulang tahun dan ingin mentraktirku? Bukankah aku lega sekali ia datang menolongku ketika aku kecelakaan di pagi hari sebelum sekolah dimulai? Bukankah aku heran sekaligus senang ketika melihatnya cemas melihatku terluka?

Bagaimana aku tidak bisa jatuh cinta padanya?

Dan sekarang aku hanya bisa menghela napas.

Pukul delapan tepat, aku tidak bisa menyentuh makan malamku. Aku terdiam, menunggu ponselku berdering, menunggu, dan menunggu...

Kemudian ponselku benar-benar berdering. Aku berlari dari ruang makan ke kamarku, secepat angin, dan menerima panggilan itu.

“Halo?”

“Kakak?”

“Kamu. Gimana?”

“Aku di depan rumah Kakak.”

Aku langsung berlari keluar rumah, mendapati dia dan motornya di depan rumahku.

“Kamu...” aku mendekatinya yang berdiri di pagar.

“Aku sayang Kakak,” katanya tiba-tiba, dengan posenya yang keren seperti biasa.

“HAH?” aku shock. “Gadis itu?” tanyaku.

She doesn’t even exist. Since the beginning, my eyes only have you.”

Aku benar-benar ternganga.

“Kak, kita menghabiskan hampir setahun bersama. Bagaimana aku tidak bisa jatuh cinta pada Kakak?”

“Aku...” aku tidak bisa bicara.

Kemudian ia diam. Ia menunggu. Ia mengecek jam tangannya. Lalu:

Happy birthday, Kakak sayang,” ujarnya, sekian menit kemudian. Ia lalu mengeluarkan bunga mawar berwarna merah.

“Jadi milikku, mau?” tanyanya.

Aku hanya bisa ternganga. Kemudian aku mengecek jam tangan digitalku.

20:06

Well, dia  memang benar-benar perfeksionis...



Jogja, 15 Januari 2012

The Antique Tales . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates