17 Jan 2012

Hari keenam proyek #15HariNgeblogFF

Juni gelisah. Tak henti-hentinya ia mengecek arlojinya, hanya untuk memastikan jarum panjangnya masih bergerak ke kanan. Terakhir kali ia melihat arlojinya, jarum panjangnya berada di angka satu, jarum pendeknya di angka dua. Seharusnya kuliah sudah berakhir sepuluh menit yang lalu.

Dosennya masih saja kalem menunjuk slide yang terpampang di layar di depan ruangan. Tidak menyadari keributan yang terjadi di dalam kelas, karena mahasiswanya berkeluh kelah, protes atas perpanjangan waktu kuliah.

Juni menghela napas, menutup bindernya, menyerah untuk memerhatikan dosennya. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya, dan mulai mengetik pesan singkat.

I’ll be late... dosenku masih ngajar. Please wait for me, would u?

Ia mencari-cari nama di kontaknya, kemudian menekan tombol send. Sekitar dua menit kemudian, ponselnya bergetar.

Sure :) aku di tempat biasa...

Juni tersenyum, mengetahui akan ada orang yang mau menunggunya.

Sekian menit kemudian slide itu menunjukkan kata ‘TERIMA KASIH’ dan para mahasiswa menghela napas lega, lalu mulai membereskan alat tulisnya. Juni menyambar bindernya dari meja, kemudian langsung menuju pintu dan berlari ke tempat parkir kampus.

Putra sudah menunggunya disana.

“Menunggu lama?” tanya Juni, terengah, rambut cokelatnya berantakan.

Not really,” senyum Putra. “Kita pergi?”

“Mmm,” kata Juni bersemangat.

How’s your day?” tanya Putra membuka pembicaraan di dalam mobil.

Me? Nothing special...” ujar Juni, yang sudah mengeluarkan sisir dan cerminnya.

“Hei, cheer up, my lil’ sis,” kata Putra tertawa, melihat senyum kusut Juni.

“Apaan sih manggil kayak gitu, Kak,” gumam Juni cemberut.

Iya, Kak, aku benci punya hubungan semacam ini denganmu, batin Juni. It’s been eight months already, Kak, and you still pretending like I am your little sister?

“Maaf deh,” kata Putra, nyengir. “Nah, kita mau kemana dulu?”

“Hmmm,” gumam Juni. “Makan dulu yuk, Kak. Lapeerrrr.”

As your wish, Dek...”

Juni memandang keluar jendela, menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah.

Sialan kau, Kak. Selalu saja membuatku salah tingkah. Selalu, sejak delapan bulan yang lalu.

“Dek, kenapa steak-nya kamu mainin sih,” Putra menangkap tangan Juni yang sedari tadi memutar-mutar daging di piringnya.

“Nothing important. Kakak mau cerita apa? Sampai ngajak aku keluar pulang kuliah gini.”

Putra menelan dagingnya yang sudah dikunyahnya hingga lumat. “Ehm... itu... bagaimana memulainya, ya.”

Juni memandang Putra.

”Aku...” Putra memulai. “Aku naksir – bukan, aku suka...”

Jantung Juni mendadak berdetak lebih kencang.

“Aku... suka... temanmu.”

Jantung Juni masih berdebar, tetapi perasaannya seketika hilang. Ia tak bisa bicara, tidak bisa mendengar apapun, tidak memerhatikan apapun. Hingga Putra menegurnya.

“Dek?”

“Ya, Kak.”

Are you listening?”

“Yep, go on.”

“Temanmu... itu. Yang cantik. Yang manis. Senyumnya... ah, aku langsung suka begitu melihat senyumnya. Cute sekali.”

Benarkah? bisik Juni pada dirinya sendiri. Benarkah hubungan ini harus berakhir seperti ini? Setelah semua ini... Kakak ternyata menyukai temanku sendiri...

Juni memandang dalam-dalam mata Putra. Kamu benar-benar menyukainya, ya, Kak? Aku melihatnya... ada dia di matamu. Dia. Dia yang tak bisa Juni kalahkan.

Ah, Kakak. Kenapa kau harus menyatakan ini? Juni membiarkan hatinya menangis. Mulai sekarang... sampai nanti, selamanya, hubungan kita akan berubah. Semua tidak akan sama lagi. Tidak akan pernah sama...


Jogja, 17 Januari 2012

The Antique Tales . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates